Selasa, 17 November 2015

Untuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini....
Teruntuk seseorang terus berdiam diri dan menanggapiku dengan sabar. .

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

lama rasanya aku tidak mengirim kabar kepadamu. Teramat lama pula aku membangun luka diantara kita. Bagaimana kabarmu ? apakah luka mu semakin menganga ?

maafkanlah aku yang membuatmu kecewa, maafkan aku yang yang tak mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk menghadapimu. Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.

Aku tidak paham bagaimana mencacah hati. Aku tak lagi mengerti cara yang kau anggap baik untuk mencintaimu. Aku berdiri di persimpangan jalan dilema. Apakah kau ingin mendengarkan ceritaku ?

Apa itu cinta ? tolong jelaskan padaku. Apakah kau pernah menghadapi situasi di mana hatimu menyuruh untuk memilih antara kekasihmu dengan Tuhanmu ? apakah kau pernah berada dalam dilema seperti itu ?

Iya, sayang. Sekarang ini aku sedang berdiri di sana. Berada di antara dua tikungan yang tarik menarik dan menyuruhku untuk memilih berdiri di samping siapa. aku bersamamu, tapi sayang ketahuilah ketika ragaku memelukmu hatiku kosong. Jiwaku seolah terbang mencari Tuhannya.  Kupikir ini hanya perasaanku sesaat. Tapi nyatanya semakin hari aku seperti hidup tanpa jiwa. Tubuhku melangkah bersamamu tapi tidak dengan jiwaku.

Aku bukanlah seorang yang mengerti agama. Aku tidak pernah sekalipun mengenyam pendidikan di madrasah. Bahkan keluargaku pun bukan keturunan para kiyai. Tapi aku merasa jauh dari Tuhanku ketika aku bersamamu. Aku merasa kehilangan-Nya disetiap detik saat bersamamu. Sayang, bukankah cinta itu mendekatkan kita dengan penciptanya? Lalu mengapa ketika bersamamu seolah aku merasa jauh dari-Nya ?
Katakan padaku, sayang. Bukankah engkau mengerti soal agama ? bukankah pengetahuanmu tentang-Nya jauh melebihi aku? Tolong katakan padaku mana yang benar dan mana yang salah.

Aku bisa setiap kali menghunuskan pedang untuk menebas perasaan ini. namun aku tak cukup kuat untuk mencacah hatiku sendiri. Aku tak cukup kuat melawan hati yang ini pergi pada Tuhannya. Aku tak sanggup, sayang.

Kau bisa memakiku dengan segalah amarahmu. Kau bisa membunuhku dengan segala kecewamu. Tapi tolong jangan kau bunuh aku dengan cintamu.

Bukankah perpisahan bukanlah segalanya ? setelah ini kita masih tetap bisa bersilaturahmi sebagai sesama saudara. Kita masih bisa saling bertukar sapa untuk sekedar bertanya kabar. Aku selalu percaya bahwa segala sesuatu yang pergi pastilah akan digantikan dengan yang lebih baik oleh-Nya. Jika hari ini tak ada ikatan diantara kita. Suatu saat kita akan dipertemukan diikatan yang lebih sakral. Ikatan yang tidak membuat Tuhan dan hamba-hambanya cemburu. Ikatan hakiki yang menjaga kita dari kejamnya fitnah.

Jika kau berdalih “Setiap Yang Baru Itu Akan Selalu Dicintai”, maka aku akan belajar ikhlas dan merelakanmu jika kelak ada orang baru yang masuk dalam kehidupanmu. Anggaplah ini sebagai suatu yang harus kuterima karena menggoreskan luka di hatimu. Jika cinta memang punya hati pastilah juga punya kerelaan.

Semua orang pastilah ingin menjadi pribadi yang baik, dan aku yakin dirimu pun begitu. Aku yakin Allah sedang mempersiapkan diri kita. Tak ada yang sia-sia dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungimu, menuntunmu agar selalu berada di jalan yang benar, dan meridhoimu di setiap langkahmu. Sehatlah selalu dan jadilah kebanggaan ibumu.


Terima kasih, maaf telah menjadi pengecut yang tak berani menatap dan mengatakan segalanya.



Yogyakarta, 18/11/15. 12:06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar